segala sesuatu yang ingin aku tulis
Tampilkan postingan dengan label education. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label education. Tampilkan semua postingan

Selasa, 20 Desember 2011

DEFINISI GLOBALISASI



A.    DEFINISI GLOBALISASI
  Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal.
  Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah.
  Theodore Levitte merupakan orang yang pertama kali menggunakan istilah Globalisasi pada tahun 1985.
  Globalisasi di definisikan sebagai semua proses yang merujuk kepada penyatuan seluruh warga dunia menjadi sebuah kelompok masyarakat global.
Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan orang dengan globalisasi:
Ø  Internasionalisasi: Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan internasional. Dalam hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan identitasnya masing-masing, namun menjadi semakin tergantung satu sama lain.
Ø  Liberalisasi: Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkankan batas antar negara, misalnya hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi.
Ø  Universalisasi: Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal material maupun imaterial ke seluruh dunia. Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi pengalaman seluruh dunia.
Ø  Westernisasi: Westernisasi adalah salah satu bentuk dari universalisasi dengan semakin menyebarnya pikiran dan budaya dari barat sehingga mengglobal.
Ø  Hubungan transplanetari dan suprateritorialitas: Arti kelima ini berbeda dengan keempat definisi di atas. Pada empat definisi pertama, masing-masing negara masih mempertahankan status ontologinya. Pada pengertian yang kelima, dunia global memiliki status ontologi sendiri, bukan sekadar gabungan negara-negara.
B.     CIRI-CIRI GLOBALISASI
·      Perubahan dalam Konstantin ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.
·      Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO).
·      Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.
·      Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi regional dan lain-lain.

C.    TEORI GLOBALISASI
Cochrane dan Pain menegaskan bahwa dalam kaitannya dengan globalisasi, terdapat tiga posisi teoritis yang dapat dilihat, yaitu:
  • Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki konsekuensi nyata terhadap bagaimana orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan. Mereka percaya bahwa negara-negara dan kebudayaan lokal akan hilang diterpa kebudayaan dan ekonomi global yang homogen. meskipun demikian, para globalis tidak memiliki pendapat sama mengenai konsekuensi terhadap proses tersebut.
·         Para globalis positif dan optimistis menanggapi dengan baik perkembangan semacam itu dan menyatakan bahwa globalisasi akan menghasilkan masyarakat dunia yang toleran dan bertanggung jawab.
·         Para globalis pesimis berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena negatif karena hal tersebut sebenarnya adalah bentuk penjajahan barat (terutama Amerika Serikat) yang memaksa sejumlah bentuk budaya dan konsumsi yang homogen dan terlihat sebagai sesuatu yang benar dipermukaan. Beberapa dari mereka kemudian membentuk kelompok untuk menentang globalisasi (antiglobalisasi).
  • Para tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi. Mereka berpendapat bahwa fenomena ini adalah sebuah mitos semata atau, jika memang ada, terlalu dibesar-besarkan. Mereka merujuk bahwa kapitalisme telah menjadi sebuah fenomena internasional selama ratusan tahun. Apa yang tengah kita alami saat ini hanyalah merupakan tahap lanjutan, atau evolusi, dari produksi dan perdagangan kapital.
  • Para transformasionalis berada di antara para globalis dan tradisionalis. Mereka setuju bahwa pengaruh globalisasi telah sangat dilebih-lebihkan oleh para globalis. Namun, mereka juga berpendapat bahwa sangat bodoh jika kita menyangkal keberadaan konsep ini. Posisi teoritis ini berpendapat bahwa globalisasi seharusnya dipahami sebagai "seperangkat hubungan yang saling berkaitan dengan murni melalui sebuah kekuatan, yang sebagian besar tidak terjadi secara langsung". Mereka menyatakan bahwa proses ini bisa dibalik, terutama ketika hal tersebut negatif atau, setidaknya, dapat dikendalikan.
DAMPAK POSITIF GLOBALISASI
  Mudah memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan
  Mudah melakukan komunikasi
  Cepat dalam bepergian (mobilitas tinggi)
  Menumbuhkan sikap kosmopolitan dan toleran
  Memacu untuk meningkatkan kualitas diri
  Mudah memenuhi kebutuhan
DAMPAK NEGATIF GLOBALISASI
  Informasi yang tidak tersaring
  Perilaku konsumtif
  Membuat sikap menutup diri, berpikir sempit
  Pemborosan pengeluaran dan meniru perilaku yang buruk
  Mudah terpengaruh oleh hal yang berbau barat

Sabtu, 17 Desember 2011

MARIA MONTESSORI : PENDIDIKAN SEBAGAI BAGIAN DARI KEMERDEKAAN PERKEMBANGAN JIWA ANAK


Maria Montessori berpendapat bahwa Penerapan ilmu-ilmu ilmiah modern dalam pendidikan terutama oleh gerakan Pedagogi Ilmiah“ justru membelenggu perkembangan jiwa anak (Montessori, 2002). Sebenarnya, apa alasan montessori memerikan kritikan pada penerapan ilmu-ilmu ilmiah modern. Kemudian, Solusi apa yang Maria Montessori berikan untuk menangani masalah ini. Untuk menjawab  pertanyaan diatas, akan diuraikan dalam pembahasan berikut ini.
Maria Montessori dilahirkan di Italia dan dididik dalam lingkungan liberal. Montessori adalah wanita pertama yang mendirikan sekolah medis di Italia dan membangun psikologi yang berbasis sistem pendidikan dan disebarkan ke dunia internasional. Setelah itu ia mendirikan universitas di Roma dimana ia mempelajari ilmu dokter anak dan
psikiatris. Montessori menjadi tertarik pada pembelajaran dan pengembangan anak-
anak. Ia membiayai anak jalanan dan mengobservasi mereka dengan uangnya sendiri.
Pedagogi ilmiah merupakan penelitian tentang pendidikan dengan cara melakukan pendekatan ilmiah seperti biologis, antropologis, psikologis, maupun linguistik. Dalam pedagogi ilmiah ini diterapkan untuk meneliti kondisi fisik anak-anak. Cara yang digunakan adalah dengan melakukan berbagai observasi ilmiah, eksak, dan rasional  selama masa kanak-kanak. Cara yang lain adalah dengan membekali guru agar mampu menggunakan ukuran-ukuran antropometrik pada anak. Metode ilmiah ini digunakan untuk  mendapatkan pengetahuan langsung mengenai metode pendidikan yang paling tepat bagi anak-anak.
Dalam pendekatan ini anak-anak hanya dianggap sebagai mesin. Dengan melakukan pengukuran-pengukuran yang eksak, maka diciptakan peralatan-peralatan belajar yang sudah terukur secara eksak. Hal ini menyebabkan anak tidak dapat bergerak bebas. Anak dipaksa untuk diam dan disiplin di dalam kelas. Selain itu, pemberian hukuman dan hadiah juga juga diterapkan. Anak dibiasakan melakukan sesuatu karena motivasi eksternal, yaitu hanya untuk mendapatkan hadiah dan menghindari hukuman dari pendidik, dan bukan karena motivasi internal yang lebih kuat berupa minat atau rasa tertarik untuk mempelajari sesuatu. Dengan demikian pendekatan mereka itu membelenggu anak secara lahiriah (dengan meja dan kursi ketat) dan batiniah (lewat pemberian hadiah dan hukuman).
Dari pendekatan yang telah dijelaskan, Montessori mengkritik pendekatan tersebut dikarenakan( Montessori, 2002):
Ø  Pengetahuan eksak tentang kondisi fisik anak tidak dengan sendirinya dapat dijadikan dasar untuk merumuskan metode pendidikan, karena keduanya merupakan dua masalah yang berbeda. Bagi Montessori, tahu ukuran kepala anak ataupun tahu panjang kaki dan tangan secara eksak tidak dengan sendirinya membuat orang mengerti metode pendidikan yang tepat bagi anak.
Ø  Pendekatan tersebut terlalu berat sebelah, karena pendekatan tersebut hanya menerapkan pengetahuan ilmiah untuk memahami anak secara materialistis dan mekanis.
Melihat fakta tersebut, Maria Mentessori menciptakan sebuah metode Mentessori
yang isinya merupakan sebuah filosofi. Filsafat yang ditemukannya dijadikan sebuah
pendekatan dengan gagasan untuk memberikan anak ruang berekspresi dan kebebasan
berkreasi dalam lingkungan yang kaya pertualangan dan kesenangan yang terencana
dan terstruktur. Program Montessori mencakup 5 program inti,
yaitu praktik
kehidupan sehari-hari, sensorial (menggunakan 5 pancaindra), bahasa, matematika,
dan budaya. Metode Maria Montessori membuat anak dituntut untuk dapat berkembang
sesuai dengan periode perkembangannya saat mereka mulai peka terhadap tugas- tugasnya. Maria Montessori berpusat pada peserta didik. Oleh sebab itu, disebut dengan Student Centered Learning (Santrock, 2008).
Tujuan dari metode Maria Montessori adalah (Santrock, 2008):
v  Membantu para orang tua dalam menerapkan pola pengajaran yang efektif bagi
anak mereka.
v  Membantu anak-anak didik dalam mengembangkan tingkat intelektual, psikomotor,
dan afektif yang ada pada diri mereka.
v  Membuat anak dituntut untuk dapat berkembang sesuai dengan periode
perkembangannya saat mereka mulai peka terhadap tugas-tugasnya
v  Mengajarkan pada anak cara belajar yang efektif dan optimal melalui permainan.
v  Mengembangkan keterampilan yang menekankan pada pentingnya anak bekerja
bebas dan dalam pengawasan terbatas.
v  Anak diajarkan untuk dapat berkonsenterasi dan berkreasi
v  Guru hanya sebagai pengamat dan pembimbing, karena anak dibiasakan untuk
memilih sesuai dengan keinginan sendiri.

Montessori menekankan pentingnya memahami kejiwaan seorang anak sebagai dasar pendidikan yang tepat. Anak harus diberi kesempatan berekspresi secara merdeka sesuai dengan keinginan anak. Kemerdekaan yang dimaksud adalah membebaskan anak sehingga anak dapat bertindak dan bersikap sesuai dengan harkat mereka sebagai anak. Ilmu pengetahuan ilmiah semestinya bukan digunakan untuk menghasilkan meja dan kursi yang membelenggu gerak anak, tetapi semestinya digunakan untuk mengerti kejiwaan anak, membebaskan anak untuk bergerak, berekspresi, secara merdeka.
Montessori tidak secara keseluruhan menolak metode dari Pedagogi Ilmiah untuk menggunakan ilmu-ilmu pengetahuan modern pada anak-anak atas dasar pertimbangan antropologis. Misalnya berkaitan dengan perkembangan fisik. Montessori ingin mengembangkan sistem pedagogi ilmiah yang berbeda. Montessori mengembangkan metode pedagogi eksperimental. Ada 2 aspek yang tidak dapat dipisahkan ,yaitu guru dan murid. Guru harus melakukan persiapan untuk menjadi pengamat. Sedangkan murid diberi ruang kemerdekaan untuk beraktivitas secara spontan, sehingga mereka dapat mengekspresikan diri sesuai dengan alam kejiwaan dan kemampuan masing-masing. Karena masing-masing anak itu unik, model penyeragaman dan penyamaan kegiatan samasekali tidak memberi tempat bagi berkembangnya alam kejiwaan masing-masing anak. Dengan memberikan keleluasaan bagi masing-masing anak untuk beraktivitas, para guru dapat melakukan pengamatan atas perkembangan masing-masing anak secara lebih cermat.
Montessori mendirikan “Rumah Anak-Anakdimana sekolah tersebut mempunyai mempunyai suasana dan lingkungan yang hangat. Ruangan sekolah model Montessori dibuat sedemikian rupa sehingga memberikan kemerdekaan anak-anak untuk beraktivitas menurut kecenderungan masing-masing anak. Montessori memandang didirikannya “Rumah Anak-Anak” sebagai kesempatan untuk mengembangkan pedagogi eksperimental ilmiah dan psikologi anak-anak. Montessori menyadari bahwa seluruh tata ruang sekolah ini sangat berbeda dengan tata ruang sekolah tradisional. Tata ruang yang berada di sekolah ini bukan hanya sebagai tanda kebebasan, namun juga sebagai sarana pendidikan.
Montessori menggunakan kemerdekaan masing-masing anak untuk beraktivitas sebagai basis untuk membentuk sikap disiplin dalam diri anak, karena sikap disiplin datang dari kemerdekaan itu. Konsep disiplin yang dimaksud adalah disiplin aktif, yaitu seorang anak menjadi tuan bagi dirinya sendiri. Seorang anak dapat mengatur dan mengarahkan tindakannya sendiri, jika mesti menjalankan komitmen yang harus diikuti. Pendidik mesti menggunakan cara tertentu untuk mengantar anak agar mampu berkembang sepanjang hidupnya ke arah penguasaan diri yang semakin lebih baik. Karena itu, jangkauan disiplin ini bukan hanya di sekolah tetapi sepanjang hidupnya di masyarakat nantinya.
Tugas pendidikan adalah membantu anak agar semakin dapat mandiri (independent). Montessori berpendapat bahwa syarat utama untuk menjadi pribadi yang merdeka adalah kemandirian (Montessori, 2002). Karena itu, sejak anak-anak memasuki fase awal untuk aktif, aktivitas mereka itu semestinya menjadi dasar untuk mengarahkan mereka agar semakin mandiri. Pendidikan semestinya membantu anak untuk semakin dapat melakukan sendiri segala sesuatu yang berguna untuk kelangsungan hidupnya, dan dengan demikian sebagai individu ia semakin mengembangkan begitu banyak kemampuan untuk masa depannya. Dengan kata lain membentuk pribadi masa depan yang kompeten tidak lain adalah membentuk pribadi yang mandiri dan merdeka. Semestinya hal ini menjadi prinsip fundamental bagi pendidikan.
Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa alasan montessori mengkritik pendagogi ilmiah adalah pengetahuan eksak tentang kondisi fisik anak tidak dengan sendirinya dapat dijadikan dasar untuk merumuskan metode pendidikan, karena keduanya merupakan dua masalah yang berbeda dan pendekatan tersebut terlalu berat sebelah, karena pendekatan tersebut hanya menerapkan pengetahuan ilmiah untuk memahami anak secara materialistis dan mekanis.
Solusi yang diciptakan oleh Maria Montessori adalah sebuah metode Mentessori yang isinya merupakan sebuah filosofi. Filsafat yang ditemukannya dijadikan sebuah pendekatan dengan gagasan untuk memberikan anak ruang berekspresi dan kebebasan berkreasi dalam lingkungan yang kaya pertualangan dan kesenangan yang terencana dan terstruktur. Program Montessori mencakup 5 program inti,yaitu praktik kehidupan sehari-hari, sensorial (menggunakan 5 pancaindra), bahasa, matematika, dan budaya.


Sumber :
Lillard, P. P. & J. L. Lillard. (2003). Montessori from the start. New York: Achocken Books.
Anderson,L.W., & Krathwohl, D. R. (Eds). (2001). Kerangka landasan untuk pembelajaran, pengajaran dan asesmen. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Montessori, M. (1912). The montessori method. New York: Schocken Books.
Montessori, M. (2002). The montessori method. New York: Dover Publications.

Selasa, 13 Desember 2011

RANCANGAN LAYANAN BIMBINGAN KOSELING SD

A.    Identifikasi Masalah
1.      Jason adalah seorang anak yang gifted ( anak cerdas istimewa), hal ini terlihat dari hasil tes IQ nya yaitu mencapai skor 144, Jason suka sangat pandai dalam mata pelajaran IPA dan bahasa inggris, Jason sangat percaya diri dan perfeksionis dalam tugas-tugas IPA dan bahasa inggris.
2.      Jason adalah seorang anak yang diskalkulia ( kesulitan dalam matematika), hal ini terlihat dari hasil belajar matematikanya tidak memuaskan, Jason merasa jawaban matematikanya keliru, Jason sering bertanya kepada gurunya, Pemahaman matematika Jason kurang baik, Jason juga sering frustasi ketika nilai matematikanya tidak memuaskan.
3.      Sebagian teman-teman di kelas Jason tidak menyukai Jason, mereka menjauhi Jason bahkan melakukan tindakan Bullying dikarenakan pada saat mata pelajaran IPA dan bahasa inggris Jason sering berbicara panjang lebar sehingga membuat teman-temannya jenuh, Jason juga akan menunjukkan dominasinya dalam tugas kelompok dan sulit menerima pekerjaan teman-temanya yang kurang baik. Dalam mata pelajaran matematika Jason sering frustasi dan melampiaskannya dengan menunjukkan wajah cemberut, duduk menyendiri, dan mengacak-acak rambutnya
4.      Akibatnya suasana di kelas menjadi tidak kondusif untuk belajar karena sebagian siswa merasa terganggu dengan tindakan bullying yang dilakukan oleh teman-teman mereka kepada Jason
B.     Latar Belakang
-          Jason tidak menyadari bahwa tindakannya seperti berbicara panjang lebar, menunjukkan dominasinya, serta sulit menerima hasil pekerjaan temannya yang dianggap kurang baik saat pelajaran IPA dan bahasa inggris membuat teman-temannya menjahui dan melakukan tindakan Bullying kepadanya
-          Jason juga tidak menyadari kalau tindakannya seperti menunjukkan wajah cemberut, duduk menyendiri, dan mengacak-acak rambutnya membuat teman-temannya menjauhinya
-          Teman-teman Jason tidak menyadari kalau tindakan bullying itu tidak baik
C.    Usaha Pencegahan
Usaha pencegahan masalah yang dihadapi di kelas 4 ini dapat menggunakan layanan preventif, yaitu melakukan pencegahan agar tindakan bullying tidak terjadi. Pencegahan ini dapat dilakukan oleh guru, kepala sekolah, maupun orang tua.
a.       Peran Guru
·         Bimbingan Individu
-          Guru memberikan pembinaan kepada Jason dengan cara memberikan kesempatan dan fasilitas belajar tambahan yang bersifat pendalaman, dapat diberikan dengan cara melakukakan percobaan dilaboratorium, menjawab soal-soal, maupun belajar diperpustakaan
-          Guru memperbolehkan Jason untuk naik kelas pada mata pelajaran IPA dan bahasa inggris atau menyelesaikan mata pelajaran tersebut dalam waktu yang lebih singkat. Hal ini bertujuan agar Jason tidak mudah bosan.
-          Guru dapat mengelompokkan Jason ke kelompok khusus yang berisi sejumlah anak berbakat istimewa untuk memperoleh pelajaran sesuai dengan kemampuannya agar tidak mengganggu teman-teman yang lain.
-          Guru harus menyesuaikan materi pembelajaran matematika sesuai dengan kemampuan Jason agar Jason tidak mengalami frustasi
-          Guru membicarakan dengan pihak-pihak yang terkait dalam memberikan bantuan tersebut.Pihak tersebut adalah kepala sekolah, orang tua siswa.
·         Bimbingan Kelompok
-          Guru harus menumbuhkan rasa percaya diri ( self esteem) setiap siswanya dengan baik. Karena jika anak mempunyai rasa percaya diri yang baik maka anak akan mempunyai pikiran yang positif, tingkah laku yang baik, dapat menghargai dirinya sendiri, bahkan dapat menghargai orang lain.
-          Guru memberikan pengertian kepada para siswa bahwa tindakan Bullying maupun tindakan menjauhi temannya merupakan tindakan yang tidak terpuji
-          Guru memberikan kasih sayang kepada seluruh siswa tanpa membeda-bedakan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain.
-          Guru memberikan kesadaran bagi para siswa bahwa keamanan adalah hak milik semua orang
-          Guru harus membantu anak untuk mengeembangkan ketrampilan sosial untuk menghadapi bullying, baik sebagai sasaran atau sebagai bystander (saksi), dan bagaimana mencari bantuan jika mendapat perlakuan bullying.
D.    Usaha Pemecahan
Tindakan Bullying yang dialami oleh Jason sudah terjadi, oleh karena ini memerlukan layanan remedial untuk memperbaiki keadaan yang ada di kelas tersebut. Layanan remedial merupakan layanan yang tepat, yaitu memberikan kepada siswa yang menjadi korban Bullying yaitu Jason dan kepada siswa yang melukan bullying, maupun siswa yang tidak melakukan bullying.
a.       Peran Guru
1.      Bimbingan Individu
-    Untuk Jason, Guru harus memberikan bimbingan belajar khusus pada mata pelajaran yang lemah untuknya yaitu matematika.
-    Guru memberikan remedial untuk mata pelajaran matematika
-    Guru memberikan motivasi belajar khususnya mata belajar matematika, agar tidak mudah menyerah dalam belajar
-    Guru memberi pengarahan kepada Jason agar merubah sikapnya yang selalu mendominasi dalam tugas kelompok, tidak menerima pekerjaan temannya yang dianggap salah, dan berbicara panjang lebar dalam pelajaran IPA dan bahasa inggris agar temannya tidak benci kepadanya.
-    Melakukan kunjungan ke rumah Jason sambil membicarakan masalah yang dialami Jason dengan orang tuanya
-    Guru memanggil teman-teman Jason yang melakukan bullying kepada Jason, dan memberikan pengarahan bahwa tindakan bullying tidak pantas dilakukan dan dapat merugikan orang lain
2.      Bimbingan Kelompok
-       Membahasa secara umum masalah bullying di dalam kelas dan meminta pendapat dari para siswa berkenaan dengan masalah tersebut
-       Memberikan nasihat kepada siswa-siswa yang lain kalau tindakan menjauhi teman dan melakukan tindakan bullying tidak patut untuk ditiru
-       Guru melakukan diskusi kelompok membahas permasalahan yang ada, siswa diajak mencari jalan keluar masalah tersebut
-       Guru melakukan pendekatan kepada seluruh siswa dikelas, dan memberikan perhatian yang sama agar siswa merasa tidak dibeda-bedakan oleh gurunya.
b.      Peran Orang tua
Orang tua siswa secara keseluruhan :
-          Membatasi anak melihat tayangan televisi, karena biasanya anak-anak akan meniru adegan-adegan yang disiarkan
-          Orang tua harus memberikan contoh kepada anaknya tentang mengenali emosi yang dialaminya
-          Orang tua mengajarkan anak agar terbiasa mengungkapkan emosi yang ada di dalam dirinya
-          Memberikan pengertian bahwa tindakan bullying tidak baik dan tidak boleh ditiru
Orang tua Jason :
-          Orang tua Jason berdiskusi dengan gurunya tentang masalah yang dihadapi Jason disekolah
-          Orang tua Jason harus mendukung proses belajar Jason dirumah dalam mata pelajaran matematika melalui aktifitas sehari-hari Jason
-          Orang tua Jason menyediakan alat bantu pemebelajaran matematika Jason di rumah
-          Orang tua dpat mencari ke lembaga yang memliki program khusus untuk anak gifted untuk meminta bantuan
-          Orang tua Jason menciptakan suasana yang hangat dirumah,dan menyediakan permainan-permainan yang edukatif serta komunikatif
c.       Peran Kepala Sekolah
-          Ketika upacara bendera hari senin, kepala sekolah baiknya selalu mengingatkan agar setiap siswa saling menghargai satu dengan yang lainnya.
-          Kepala sekolah bersama dengan pihak terkait membuat peraturan dan tata tertib yang ketat kepada peserta didik untuk mengatur kehidupan siswa sehari-hari di sekolah.
-          Jika diperlukan, kepala sekolah dapat memanggil orang tua Jason, orang tua siswa yang melakukan bullying dan guru kelas yang bersangkutan untuk mencari solusi masalah tersebut
E.     Tindak Lanjut
-          Melakukan observasi apakah siswa masih melakukan tindakan bullying kepada Jason apa tidak
-          Melakukan wawancara dengan orang tua Jason dengan orang tua siswa yang melakukan Bullying tentang ada atau tidaknya perubahan setelah bimbingan
-          Melihat hasil belajar Jason dalam mata pelajaran matematika
-          Melakukan wawancara langsung kepada Jason,siswa yang dulu melakukan tindakan bullying, serta siswa yang merasa terganggu dengan tindakan bullying yang dilakukan oleh temannya



Disusun Oleh :
Elisabeth Bertha K                  101134073 IID
Muchlis Wicaksono                 101134160 IID
Ida Dwi Kusumawati               101134203 IID


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011