segala sesuatu yang ingin aku tulis

Sabtu, 17 Desember 2011

MARIA MONTESSORI : PENDIDIKAN SEBAGAI BAGIAN DARI KEMERDEKAAN PERKEMBANGAN JIWA ANAK


Maria Montessori berpendapat bahwa Penerapan ilmu-ilmu ilmiah modern dalam pendidikan terutama oleh gerakan Pedagogi Ilmiah“ justru membelenggu perkembangan jiwa anak (Montessori, 2002). Sebenarnya, apa alasan montessori memerikan kritikan pada penerapan ilmu-ilmu ilmiah modern. Kemudian, Solusi apa yang Maria Montessori berikan untuk menangani masalah ini. Untuk menjawab  pertanyaan diatas, akan diuraikan dalam pembahasan berikut ini.
Maria Montessori dilahirkan di Italia dan dididik dalam lingkungan liberal. Montessori adalah wanita pertama yang mendirikan sekolah medis di Italia dan membangun psikologi yang berbasis sistem pendidikan dan disebarkan ke dunia internasional. Setelah itu ia mendirikan universitas di Roma dimana ia mempelajari ilmu dokter anak dan
psikiatris. Montessori menjadi tertarik pada pembelajaran dan pengembangan anak-
anak. Ia membiayai anak jalanan dan mengobservasi mereka dengan uangnya sendiri.
Pedagogi ilmiah merupakan penelitian tentang pendidikan dengan cara melakukan pendekatan ilmiah seperti biologis, antropologis, psikologis, maupun linguistik. Dalam pedagogi ilmiah ini diterapkan untuk meneliti kondisi fisik anak-anak. Cara yang digunakan adalah dengan melakukan berbagai observasi ilmiah, eksak, dan rasional  selama masa kanak-kanak. Cara yang lain adalah dengan membekali guru agar mampu menggunakan ukuran-ukuran antropometrik pada anak. Metode ilmiah ini digunakan untuk  mendapatkan pengetahuan langsung mengenai metode pendidikan yang paling tepat bagi anak-anak.
Dalam pendekatan ini anak-anak hanya dianggap sebagai mesin. Dengan melakukan pengukuran-pengukuran yang eksak, maka diciptakan peralatan-peralatan belajar yang sudah terukur secara eksak. Hal ini menyebabkan anak tidak dapat bergerak bebas. Anak dipaksa untuk diam dan disiplin di dalam kelas. Selain itu, pemberian hukuman dan hadiah juga juga diterapkan. Anak dibiasakan melakukan sesuatu karena motivasi eksternal, yaitu hanya untuk mendapatkan hadiah dan menghindari hukuman dari pendidik, dan bukan karena motivasi internal yang lebih kuat berupa minat atau rasa tertarik untuk mempelajari sesuatu. Dengan demikian pendekatan mereka itu membelenggu anak secara lahiriah (dengan meja dan kursi ketat) dan batiniah (lewat pemberian hadiah dan hukuman).
Dari pendekatan yang telah dijelaskan, Montessori mengkritik pendekatan tersebut dikarenakan( Montessori, 2002):
Ø  Pengetahuan eksak tentang kondisi fisik anak tidak dengan sendirinya dapat dijadikan dasar untuk merumuskan metode pendidikan, karena keduanya merupakan dua masalah yang berbeda. Bagi Montessori, tahu ukuran kepala anak ataupun tahu panjang kaki dan tangan secara eksak tidak dengan sendirinya membuat orang mengerti metode pendidikan yang tepat bagi anak.
Ø  Pendekatan tersebut terlalu berat sebelah, karena pendekatan tersebut hanya menerapkan pengetahuan ilmiah untuk memahami anak secara materialistis dan mekanis.
Melihat fakta tersebut, Maria Mentessori menciptakan sebuah metode Mentessori
yang isinya merupakan sebuah filosofi. Filsafat yang ditemukannya dijadikan sebuah
pendekatan dengan gagasan untuk memberikan anak ruang berekspresi dan kebebasan
berkreasi dalam lingkungan yang kaya pertualangan dan kesenangan yang terencana
dan terstruktur. Program Montessori mencakup 5 program inti,
yaitu praktik
kehidupan sehari-hari, sensorial (menggunakan 5 pancaindra), bahasa, matematika,
dan budaya. Metode Maria Montessori membuat anak dituntut untuk dapat berkembang
sesuai dengan periode perkembangannya saat mereka mulai peka terhadap tugas- tugasnya. Maria Montessori berpusat pada peserta didik. Oleh sebab itu, disebut dengan Student Centered Learning (Santrock, 2008).
Tujuan dari metode Maria Montessori adalah (Santrock, 2008):
v  Membantu para orang tua dalam menerapkan pola pengajaran yang efektif bagi
anak mereka.
v  Membantu anak-anak didik dalam mengembangkan tingkat intelektual, psikomotor,
dan afektif yang ada pada diri mereka.
v  Membuat anak dituntut untuk dapat berkembang sesuai dengan periode
perkembangannya saat mereka mulai peka terhadap tugas-tugasnya
v  Mengajarkan pada anak cara belajar yang efektif dan optimal melalui permainan.
v  Mengembangkan keterampilan yang menekankan pada pentingnya anak bekerja
bebas dan dalam pengawasan terbatas.
v  Anak diajarkan untuk dapat berkonsenterasi dan berkreasi
v  Guru hanya sebagai pengamat dan pembimbing, karena anak dibiasakan untuk
memilih sesuai dengan keinginan sendiri.

Montessori menekankan pentingnya memahami kejiwaan seorang anak sebagai dasar pendidikan yang tepat. Anak harus diberi kesempatan berekspresi secara merdeka sesuai dengan keinginan anak. Kemerdekaan yang dimaksud adalah membebaskan anak sehingga anak dapat bertindak dan bersikap sesuai dengan harkat mereka sebagai anak. Ilmu pengetahuan ilmiah semestinya bukan digunakan untuk menghasilkan meja dan kursi yang membelenggu gerak anak, tetapi semestinya digunakan untuk mengerti kejiwaan anak, membebaskan anak untuk bergerak, berekspresi, secara merdeka.
Montessori tidak secara keseluruhan menolak metode dari Pedagogi Ilmiah untuk menggunakan ilmu-ilmu pengetahuan modern pada anak-anak atas dasar pertimbangan antropologis. Misalnya berkaitan dengan perkembangan fisik. Montessori ingin mengembangkan sistem pedagogi ilmiah yang berbeda. Montessori mengembangkan metode pedagogi eksperimental. Ada 2 aspek yang tidak dapat dipisahkan ,yaitu guru dan murid. Guru harus melakukan persiapan untuk menjadi pengamat. Sedangkan murid diberi ruang kemerdekaan untuk beraktivitas secara spontan, sehingga mereka dapat mengekspresikan diri sesuai dengan alam kejiwaan dan kemampuan masing-masing. Karena masing-masing anak itu unik, model penyeragaman dan penyamaan kegiatan samasekali tidak memberi tempat bagi berkembangnya alam kejiwaan masing-masing anak. Dengan memberikan keleluasaan bagi masing-masing anak untuk beraktivitas, para guru dapat melakukan pengamatan atas perkembangan masing-masing anak secara lebih cermat.
Montessori mendirikan “Rumah Anak-Anakdimana sekolah tersebut mempunyai mempunyai suasana dan lingkungan yang hangat. Ruangan sekolah model Montessori dibuat sedemikian rupa sehingga memberikan kemerdekaan anak-anak untuk beraktivitas menurut kecenderungan masing-masing anak. Montessori memandang didirikannya “Rumah Anak-Anak” sebagai kesempatan untuk mengembangkan pedagogi eksperimental ilmiah dan psikologi anak-anak. Montessori menyadari bahwa seluruh tata ruang sekolah ini sangat berbeda dengan tata ruang sekolah tradisional. Tata ruang yang berada di sekolah ini bukan hanya sebagai tanda kebebasan, namun juga sebagai sarana pendidikan.
Montessori menggunakan kemerdekaan masing-masing anak untuk beraktivitas sebagai basis untuk membentuk sikap disiplin dalam diri anak, karena sikap disiplin datang dari kemerdekaan itu. Konsep disiplin yang dimaksud adalah disiplin aktif, yaitu seorang anak menjadi tuan bagi dirinya sendiri. Seorang anak dapat mengatur dan mengarahkan tindakannya sendiri, jika mesti menjalankan komitmen yang harus diikuti. Pendidik mesti menggunakan cara tertentu untuk mengantar anak agar mampu berkembang sepanjang hidupnya ke arah penguasaan diri yang semakin lebih baik. Karena itu, jangkauan disiplin ini bukan hanya di sekolah tetapi sepanjang hidupnya di masyarakat nantinya.
Tugas pendidikan adalah membantu anak agar semakin dapat mandiri (independent). Montessori berpendapat bahwa syarat utama untuk menjadi pribadi yang merdeka adalah kemandirian (Montessori, 2002). Karena itu, sejak anak-anak memasuki fase awal untuk aktif, aktivitas mereka itu semestinya menjadi dasar untuk mengarahkan mereka agar semakin mandiri. Pendidikan semestinya membantu anak untuk semakin dapat melakukan sendiri segala sesuatu yang berguna untuk kelangsungan hidupnya, dan dengan demikian sebagai individu ia semakin mengembangkan begitu banyak kemampuan untuk masa depannya. Dengan kata lain membentuk pribadi masa depan yang kompeten tidak lain adalah membentuk pribadi yang mandiri dan merdeka. Semestinya hal ini menjadi prinsip fundamental bagi pendidikan.
Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa alasan montessori mengkritik pendagogi ilmiah adalah pengetahuan eksak tentang kondisi fisik anak tidak dengan sendirinya dapat dijadikan dasar untuk merumuskan metode pendidikan, karena keduanya merupakan dua masalah yang berbeda dan pendekatan tersebut terlalu berat sebelah, karena pendekatan tersebut hanya menerapkan pengetahuan ilmiah untuk memahami anak secara materialistis dan mekanis.
Solusi yang diciptakan oleh Maria Montessori adalah sebuah metode Mentessori yang isinya merupakan sebuah filosofi. Filsafat yang ditemukannya dijadikan sebuah pendekatan dengan gagasan untuk memberikan anak ruang berekspresi dan kebebasan berkreasi dalam lingkungan yang kaya pertualangan dan kesenangan yang terencana dan terstruktur. Program Montessori mencakup 5 program inti,yaitu praktik kehidupan sehari-hari, sensorial (menggunakan 5 pancaindra), bahasa, matematika, dan budaya.


Sumber :
Lillard, P. P. & J. L. Lillard. (2003). Montessori from the start. New York: Achocken Books.
Anderson,L.W., & Krathwohl, D. R. (Eds). (2001). Kerangka landasan untuk pembelajaran, pengajaran dan asesmen. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Montessori, M. (1912). The montessori method. New York: Schocken Books.
Montessori, M. (2002). The montessori method. New York: Dover Publications.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar